Indonesia, Terhempas, Terhinakan!
kawan,
saya mesti mulai darimana mengisahkan kepiluan sebuah negeri di lintasan
zambrud khatulistiwa ini?
bingung? mungkin!
bukan apa-apa, telah
enam puluh delapan tahun lebih sedikit negeri ini merdeka
selama itu pula berbagai harapan diletakkan di pundak negeri ini
harapan-harapan itu
telah menjadi beban yang sedemikian beratnya
dan lantaran beratnya, negeri ini semakin sering terlihat melangkah
tertatih-tatih
pada langkah yang
tertatih-tatih itu pun sangat banyak beban di pundak terlihat, jatuh berserakan
serakan-serakan itu seakan menjadi gulma bagi perjuangan yang mahaberat bagi
negeri ini
gulma!
ya, gulma-gulma! dalam sekejap menjelma menjadi gurita-gurita dengan
tentakel-tentakelnya yang menakutkan, mencengkeram kuat-kuat mangsa-mangsanya
kawan, tahukah engkau?
bahwa gurita-gurita pemangsa itu sesekali menjelma menjadi bunglon
bunglon-bunglon itu sesekali pula menjelma menjadi lintah penghisap darah
penghisap-penghisap
darah itu ada yang menyusup ke kantong-kantong kehidupan anggota dewan, ada
pula yang menyusup ke meja makan para anggota kabinet
hebatnya lagi ada yang terang-terangan menyusup ke laci-laci kantor, ke kamar
tidur, ke meja makan bahkan mereka menyusup hingga ke toilet para hamba hukum
kawan, tahu pulakah
engkau?
bahwa hamba-hamba hukum itu dengan lihaynya menyelam dalam-dalam keberbagai
samodera-samodera kehinadinaan
pun, pada kehinadinaan itu dalam sekejap pula berubah menjadi kemasan siap saji
dogma-dogma yang melebihi tingginya keyakinan imannya, kepada agamanya, kepada
tuhannya
imannya? agamanya?
tuhannya?
ya, mereka hamba hukum yang ber-iman, ber-agama, ber-tuhan, bahkan mereka itu
berilmu, ber-derajat, ber-martabat; tapi, dalam prakteknya mereka menjadi budak
bagi keserakahannya, syahwatnya, logikanya demi sebuah pameo “berlomba-lomba
menuju jalan kesesatan”
kawan,
apalagi yang mesti saya kisahkan tentang sebuah negeri yang malang ini?
rasa-rasanya saya telah kehilangan kata-kata yang paling pantas untuk saya
ucapkan
saya ingin bertanya
ke-nurani-mu duhai kawan,
apakah ada kata-kata yang lebih pantas selain dari kegeraman yang maha terhadap
berbagai persoalan yang memalukan di negeri ini?
apakah ada sebuah sikap dari sebaik-baiknya sikap yang pantas selain dari bara
amarah terhadap berbagai seni pertunjukkan kemunafikan yang telah menghinakan
negeri ini?
kawan,
menurutmu, kisah apa lagi yang kira-kira paling pantas untuk saya ceritakan
kepadamu hari ini?
serambi sentul,
05/10/2013©arrie boediman la ede
0 komentar:
Posting Komentar